Selasa, 10 April 2012

Ada Cobaan & Ada Hikmah




                        ‘’Kring-kring, kring-kring.’’ suara bel sepeda berbunyi di depan rumah. ‘’Wah, seru sekali.’’ teriak seorang anak kecil dari luar dengan diiringi ketawa anak kecil. Setelah aku fikir-fikir aku seperti mengenal suaranya. Kemudian aku langsung keluar rumah dan melihat keluar.
 ‘’Hey, siapa suruh kamu memakai sepedaku?’’ aku berteriak ketika melihat adikku memakai sepedaku di jalan.
‘’Hhooreee.. aku bisa naik sepeda kakak.!’’ adikku bersorak kegirangan. 
‘’Kamu kan baru bisa naik sepeda, nanti jatuh kalau pakai sepeda kakak yang besar.’’ aku memarahinya karena adikku sangat ceroboh.
 ‘’Sudahlah kak jangan banyak komentar.’’ dengan sombongnya dia bersepeda di jalan.
 ‘’Jangan di jalan! Banyak ada kendaraan yang lewat kamu bisa ditabrak.’’
‘’Bawel banget sih kak!’’ ucap adik dengan kesal.
Langsung saja aku tarik sepedanya. Tetapi, dia tetap saja menjalankan sepedanya. Dengan sekuat tenaga aku berusaha merebut sepedaku. Tenaga yang aku keluarkan  pun sia-sia. Aku tidak kuat menahannya. Dengan sebal  aku meninggalkannya begitu saja. Dan langsung saja aku masuk kedalam rumah.

#####################_________________######################

            ‘’Tin.. tin… tin.. gubrakkkkk.’’ seperti suara motor yang sedang jatuh.
‘’Aduuuh,, sakiit.’’ suara anak kecil yang berteriak sambil menangis. Heningnya suasana saat  itu membuat tangisan itu sangat mudah didengar. Seperti suara serigala yang berteriak di tengah hutan yang sunyi.
‘’Innalillahi… bangun nak!’’ pinta Bu Yanti tetanggaku yang menyuruh adikku bangun dari jatuhnya.
Mendengar suara itu, aku pun langsung mengambil langkah seribu. Seperti kuda yang berlari di siang hari. Tak kuhiraukan semunya yang ada didepanku. Bahkan, tanpa ku sadari aku tidak mengenakan alas kaki. Aku tidak peduli kalau kakiku terkena sesuatu yang bisa membut kakiku terluka.
 Ketika sampai diluar aku terkejut. Dan melihat Bu Yanti yang sedang menghampiri adikku.
‘’hiks hiks hiks hiks’’ suara adikku menangis. Aku terdiam melihat adikku tertabrak. Aku pun lemas tak berdaya. Seluruh badanku seperti lumpuh.
‘’dik’’ suaraku memanggil adikku pelan sekali. Mungkin dia tidak mendengarnya. Dia kesakitan, sementara  orang yang menabraknya pun melarikan diri. Ku lihat Bu Yanti yang sedang membantu adikku berdiri. Aku langsung berlari menghampirinya. Setelah itu aku pun segera memeluknya mencoba menghilangkan rasa sakitnya. Dia pun merasa nyaman di pelukanku. Meski aku sedikit sebal, karena sepedaku telah dirusaknya. Tapi tak apalah, yang penting adikku tidak apa-apa.
‘’Adikmu tidak apa-apa, Laras. Lain kali awasi dia, supaya tidak bermain di jalan.’’ nasehat  Bu Yanti kepadaku.
‘’Iya Bu, terimakasih bantuannya.’’ ucapku kepada Bu Yanti yang telah menolong adikku.
‘’Makanya kalau kakak nasehati itu didengarkan’’ nasehatku kepada adikku.
‘’Iya kak, aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Dan maaf, sepeda kakak jadi rusak.’’ dia minta maaf padaku dengan wajah takut.
‘’Tidak apa-apa. Yang penting kamu baik-baik saja.’’ akupun berbicara dengan nada rendah dan melemparkan senyum kepadanya.
            Sungguh siang ini aku merasakan kedekatan dengan adikku. Padahal sebelumnya aku tidak pernah merasakan hal seperti ini. Aku sangat bersyukur. Ternyata dibalik cobaan adikku yang tertabrak motor, aku jadi bisa marasakan kehangatan dengan adikku. Meski kadang aku kasar dengannya, sering marah, dan berbicara dengan nada yang keras. Aku sangat senang. Dan aku yakin, dibalik cobaan pasti ada hikmahnya. Aku juga berjanji akan menjaganya dengan baik serta menasehatinya dengan tutur kata yang halus. Dan akan selalu mengawasinya........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar