‘’Kring-kring, kring-kring.’’ suara bel sepeda berbunyi
di depan rumah. ‘’Wah, seru sekali.’’ teriak seorang anak kecil dari luar
dengan diiringi ketawa anak kecil. Setelah aku fikir-fikir aku seperti mengenal
suaranya. Kemudian aku langsung keluar rumah dan melihat keluar.
‘’Hey,
siapa suruh kamu memakai sepedaku?’’ aku berteriak ketika melihat adikku
memakai sepedaku di jalan.
‘’Hhooreee.. aku bisa naik sepeda kakak.!’’ adikku
bersorak kegirangan.
‘’Kamu kan baru bisa naik sepeda, nanti jatuh
kalau pakai sepeda kakak yang besar.’’ aku memarahinya karena adikku sangat
ceroboh.
‘’Sudahlah
kak jangan banyak komentar.’’ dengan sombongnya dia bersepeda di jalan.
‘’Jangan
di jalan! Banyak ada kendaraan yang lewat kamu bisa ditabrak.’’
‘’Bawel banget sih kak!’’ ucap adik dengan kesal.
Langsung saja aku tarik sepedanya. Tetapi, dia
tetap saja menjalankan sepedanya. Dengan sekuat tenaga aku berusaha merebut
sepedaku. Tenaga yang aku keluarkan pun sia-sia.
Aku tidak kuat menahannya. Dengan sebal aku meninggalkannya begitu saja. Dan langsung
saja aku masuk kedalam rumah.
#####################_________________######################
‘’Tin.. tin… tin..
gubrakkkkk.’’ seperti suara motor yang sedang jatuh.
‘’Aduuuh,, sakiit.’’ suara anak kecil yang berteriak
sambil menangis. Heningnya suasana saat
itu membuat tangisan itu sangat mudah didengar. Seperti suara serigala
yang berteriak di tengah hutan yang sunyi.
‘’Innalillahi… bangun nak!’’ pinta Bu Yanti
tetanggaku yang menyuruh adikku bangun dari jatuhnya.
Mendengar suara itu, aku pun langsung mengambil
langkah seribu. Seperti kuda yang berlari di siang hari. Tak kuhiraukan semunya
yang ada didepanku. Bahkan, tanpa ku sadari aku tidak mengenakan alas kaki. Aku
tidak peduli kalau kakiku terkena sesuatu yang bisa membut kakiku terluka.
Ketika
sampai diluar aku terkejut. Dan melihat Bu Yanti yang sedang menghampiri
adikku.
‘’hiks hiks hiks hiks’’ suara adikku menangis.
Aku terdiam melihat adikku tertabrak. Aku pun lemas tak berdaya. Seluruh badanku
seperti lumpuh.
‘’dik’’ suaraku memanggil adikku pelan sekali.
Mungkin dia tidak mendengarnya. Dia kesakitan, sementara orang yang menabraknya pun melarikan diri. Ku
lihat Bu Yanti yang sedang membantu adikku berdiri. Aku langsung berlari
menghampirinya. Setelah itu aku pun segera memeluknya mencoba menghilangkan
rasa sakitnya. Dia pun merasa nyaman di pelukanku. Meski aku sedikit sebal,
karena sepedaku telah dirusaknya. Tapi tak apalah, yang penting adikku tidak
apa-apa.
‘’Adikmu tidak apa-apa, Laras. Lain kali awasi
dia, supaya tidak bermain di jalan.’’ nasehat Bu Yanti kepadaku.
‘’Iya Bu, terimakasih bantuannya.’’ ucapku kepada
Bu Yanti yang telah menolong adikku.
‘’Makanya kalau kakak nasehati itu didengarkan’’
nasehatku kepada adikku.
‘’Iya kak, aku janji tidak akan mengulanginya
lagi. Dan maaf, sepeda kakak jadi rusak.’’ dia minta maaf padaku dengan wajah
takut.
‘’Tidak apa-apa. Yang penting kamu baik-baik
saja.’’ akupun berbicara dengan nada rendah dan melemparkan senyum kepadanya.
Sungguh siang ini aku
merasakan kedekatan dengan adikku. Padahal sebelumnya aku tidak pernah
merasakan hal seperti ini. Aku sangat bersyukur. Ternyata dibalik cobaan adikku
yang tertabrak motor, aku jadi bisa marasakan kehangatan dengan adikku. Meski kadang
aku kasar dengannya, sering marah, dan berbicara dengan nada yang keras. Aku
sangat senang. Dan aku yakin, dibalik cobaan pasti ada hikmahnya. Aku juga
berjanji akan menjaganya dengan baik serta menasehatinya dengan tutur kata yang
halus. Dan akan selalu mengawasinya........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar